Dunia saat ini tengah waspada dengan penyebaran sebuah virus yang dikenal dengan virus corona. Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya. Kasus virus corona muncul dan menyerang manusia pertama kali di provinsi Wuhan, China. Awal kemunculannya diduga merupakan penyakit pneumonia, dengan gejala serupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut di antaranya batuk, demam, letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan. Namun berbeda dengan influenza, virus corona dapat berkembang dengan cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya. Karena penularan virus corona yang sangat cepat inilah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Status pandemic atau epidemi global menandakan bahwa penyebaran COVID-19 berlangsung sangat cepat hingga hampir tak ada negara di dunia yang dapat memastikan diri terhindar dari virus corona (Mona, 2020).
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang terdampak wabah yang satu ini. Indonesia menduduki peringkat ke-13 dengan kasus aktif terbanyak di dunia. Kasus aktif merupakan orang yang terdiagnosis Covid-19, baik yang sedang mendapatkan upaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit maupun yang sedang menjalani isolasi mandiri. Hingga tanggal 3 Februari 2021, kasus aktif di Indonesia mencapai 175.236 kasus (Suni, 2020).
Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menunjukkan bahwa responden perempuan memiliki tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Dengan begitu, berbagai upaya dan kebijakan berperspektif gender dalam menghadapi Covid-19 sangat dibutuhkan khususnya dengan memberdayakan perempuan. Dengan kekuatan perempuan inilah, pemutusan mata rantai penularan pun dapat menyasar hingga lapisan masyarakat terkecil, yaitu keluarga serta lingkungan sekitarnya. Disinilah pentingnya tugas pemerintah, akademisi, dunia usaha dan profesi, media massa, serta masyarakat untuk mendukung peran perempuan di rumah sebagai agen kesehatan keluarga. Di antaranya melalui pemberian akses informasi yang benar, komprehensif, dan mudah dipahami, maupun dipraktikkan.
Beberapa permasalahan yang sering terjadi di masyarakat saat pandemic Covid 19 ini adalah :
- Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir/ penggunaan hand sinitizer, menjaga jarak dan menghindari kerumunan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan masker yang benar, cara mencuci tangan yang benar dan cara melakukan jaga jarak/sosial distancing
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang harus dilakukan saat terkonfirmasi positif Covid 19 atau saat berinteraksi dengan orang yang terkonfirmasi Covid 19
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara melakukan tindakan pencegahan Covid 19
Untuk mengatasi beberapa masalah yang disebutkan di atas, maka tim pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau merasa perlu melakukan suatu kegiatan pengabdian yang menitik beratkan pada peningkatan kemampuan masyarakat khususnya perempuan, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai leader dalam menjalankan peran keluarga dirumah, dalam mengajak, membimbing, dan melindungi anggota keluarganya yang ada di rumah, khusunya dalam pencegahan Covid 19. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan sosialisai untuk dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang cara penerapan protocol Kesehatan yang baik, panduan isolasi mandiri bagi masyarakat yang di isolasi serta praktik cara memakai masker, mencuci tangan yang benar, dan menghitung saturasi pernafasan.
Pengabdian masyarakat ini telah dilakukan di Kelurahan Harjosari yang merupakan salah satu Kelurahan terdekat dari Kampus Poltekkes Kemenkes Riau dan berada di Kecamatan Sukajadi, pada tanggal 17 dan 24 September 2021, 1, 5 7 dan 12 Oktober 2021.
Sasaran utama kegiatan ini adalah 58 orang yang terdiri dari:
- Ibu-ibu kader Poyandu yang berjumlah 30 orang
- Perwakilah Kelurahan 2 orang
- Bapak RW yang berjumlah 6 orang
- Bapak RT yang berjumlah 20 orang
Pembukaan Pengabmasy Insidentil Oleh Direktur Poltekkes Kemenkes Riau Bapak Husnan, S.Kp, MKM
Pengarahan dari Ibu Lurah Harjosari (Ibu Cici Elfino Nistri, S.STP, MP
Penandatanganan MOU antara Poltekkes Kemenkes Riau dan Kelurahan Harjosari sebagai daerah Binaan Poltekkes Kemenkes Riau
Pemberian Materi oleh Ibu Kajur Kebidanan (Ibu Juraida Roito Harahap, SKM, M.Kes)
Penyerahan bantuan sarana prasarana cuci tangan dari Poltekkes Kemenkes Riau ke Kelurahan Harjosari Pekanbaru